Rabu, 20 Februari 2013
exboyfriend
;'(
|
EXBOYFRIEND {} |
kenapa dengan aku ?
kenapa aku begini ?
muncul di saat aku sudah
tidak dengan nya
di saat aku ingin
melupakan
tapi entah mengapa rasa
ini muncul dag-dig dug
hanya seulur kata yang
ku lontarkan untuk nya
tapi kenapa aku tidak
bisa biasa saja...
berulang kali aku
merasakan hal seperti ini, dan ternyata ini bukan hanya untuk dia
untuk nya yang di masa
lalu demikian
sebenarnya aku juga
bingung dengan perasaan yang aku rasa saat ini
bisa di bilang galau
cetar membahana badai
lupakan dewi.. lupakan
.. ingat dia sudah ada yang memiliki
itu hanya sebuah
motifasi aku untuk diriku ....
Jumat, 15 Februari 2013
CONTOH REVIEW FILM
Review 200 puons
of beauty and doremifasolasido
(Orientation )
200 pouns
of beauty tells of a girl who had the unfortunate fate of the singer he has a
very beautiful voice. Unfortunately this talent she can not show in public,
while doremifasolasido story that revolves around a love triangle between Eun
Kyu, Jeong Won, Hui Won.
(interpretative)
Hanna was a singer who has a very
beautiful voice. Unfortunately this talent she can not show in public that admired
him. Hanna is a singer who served behind the scenes to accompany the
appearance.
The harsh reality Hanna when he
knows if Joon Sang and Ami had only used it to look for profit. Suicidal
ideation also had been thinking, but Hanna was lucky because his intention was
not done.
Armed with determination and
embroidery Hanna decided to perform plastic surgery and changed its name to
Jenny. Jenny transformed into a famous singer who is admired and loved by
everyone, a singer who was on the stage and not the singer backstage again.
Evaluation
I think the movie 200 pouns of beaty
and doremifasolasido has the same type of sadness that makes the audience
thrilled to see him, this film deserves to draw on his watch because in
addition also has a good moral message, especially in the film 200 pouns of
beauty is there taught that every human being should always be grateful.
Senin, 04 Februari 2013
foto with +syair audi liri sacra masih imut2 ya :* |
foto with +syair audi liri sacra masih imut2 ya :* |
Makalah Kesusastraan
XII IPA KHUSUS
DI SUSUN OLEH :
Semua Siswa siswi XII IPA Khusus
SMA Negeri 1 Bandar Sribhawono Lampung Timur
Tp.2012/2013
Sastra
Indonesia adalah sebuah
istilah yang melingkupi berbagai macam karya sastra di Asia Tenggara. Istilah
"Indonesia" sendiri mempunyai arti yang saling melengkapi terutama
dalam cakupan geografi dan sejarah poltik di wilayah tersebut.
Sastra Indonesia sendiri dapat merujuk pada sastra yang
dibuat di wilayah Kepulauan Indonesia. Sering juga secara luas dirujuk kepada
sastra yang bahasa akarnya berdasarkan Bahasa Melayu (dimana bahasa Indonesia
adalah satu turunannya). Dengan pengertian kedua maka sastra ini dapat juga
diartikan sebagai sastra yang dibuat di wilayah Melayu (selain Indonesia,
terdapat juga beberapa negara berbahasa Melayu seperti Malaysia dan Brunei),
demikian pula bangsa Melayu yang tinggal di Singapura.
Periodisasi
Sastra Indonesia terbagi menjadi 2 bagian besar, yaitu:
·
lisan
·
tulisan
Secara urutan waktu maka sastra Indonesia terbagi atas beberapa
angkatan:
·
Angkatan Pujangga Lama
Pujangga lama merupakan bentuk pengklasifikasian karya sastra di
Indonesia yang dihasilkan sebelum abad ke-20. Pada masa ini karya satra di
dominasi oleh
syair = adalah
satu puisi lama. Syair berasal dari Persia, dan dibawa masuk ke Nusantara
bersama dengan masuknya Islam ke Indonesia. Kata atau istilah Syair berasal
dari bahasa arab yaitu Syi'ir atau Syu'ur yang berarti
"perasaan yang menyadari", kemudian kata Syu'ur berkembang menjadi Syi'ru yang berarti puisi dalam pengetahuan umum. Ciri-ciri syair antara lain :
1. Setiap bait terdiri dari empat baris.
2. Setiap baris terdiri atas 8-14 suku kata.
3. Bersajak a-a-a-a.
4. Semua baris adalah isi.
5. Bahasanya biasanya kiasan.
Pantun = merupakan salah satu
jenis puisi lama yang sangat luas
dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Pantun berasal dari kata patuntun dalam bahasa
Minangkabau yang berarti
"petuntun". Dalam bahasa Jawa, misalnya, dikenal sebagai parikan, dalam bahasa Sunda dikenal sebagai paparikan, dan dalam bahasa
Batak dikenal sebagai umpasa (baca: uppasa). Lazimnya pantun
terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), setiap baris
terdiri dari 8-12 suku kata, bersajak akhir dengan pola
a-b-a-b dan a-a-a-a (tidak boleh a-a-b-b, atau a-b-b-a). Pantun pada mulanya
merupakan sastra lisan namun sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis.
Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian: sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama,
kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat
pendukungnya), dan biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang
menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir
merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut.
Pantun remaja
Padang hijau berjalur-jalur
Tempat bermain pelanduk nakal
Ingat kekasih menjelang tidur
Air mata ‘basahi di bantal
_________________________________________
Bawa tandu tunda di jalan
Bawalah juga sebilah bambu
Kalau kau rindu tengoklah bulan
Disana kita bisa bertemu
gurindam dan hikayat. Di Nusantara, budaya Melayu klasik dengan
pengaruh Islam yang kuat meliputi sebagian besar negara pantai Sumatera dan
Semenanjung Malaya. Di Sumatera bagian utara muncul karya-karya penting
berbahasa Melayu, terutama karya-karya keagamaan. Hamzah Fansuri adalah yang
pertama di antara penulis-penulis utama angkatan Pujangga Lama. Dari istana
Kesultanan Aceh pada abad XVII muncul karya-karya klasik selanjutnya, yang
paling terkemuka adalah karya-karya Syamsuddin Pasai dan Abdurrauf Singkil,
serta Nuruddin ar-Raniri.
Contoh:
Tengah malam sudah terlampau
Dinihari belum lagi tampak
Budak-budak dua kali jaga
Orang muda pulang bertandang
Orang tua berkalih tidur
Embun jantan rintik-rintik
Berbunyi kuang jauh ke tengah
Sering lanting riang di rimba,
Melenguh lembu di padang
Sambut menguak kerbau di kandang
Berkokok mendung merak menggigal
Fajar sidik menyingsing naik
Kicak kicau bunyi murai
Taptibau melambung tinggi
Berkuku balam di ujung bendul
Terdenyut puyuh panjang bunyi
Puntung sejengkal tinggal sejari
Itulah alamat hari nak siang.
Karya Sastra Pujangga
Lama
Sejarah Melayu (Malay Annals)
Hikayat
Hikayat Abdullah
Hikayat Aceh
Hikayat Amir Hamzah
Hikayat Andaken Penurat
Hikayat Bayan Budiman
Hikayat Djahidin
Hikayat Hang Tuah
Hikayat Iskandar Zulkarnain
Hikayat Kadirun
Hikayat Kalila dan Damina
Hikayat Masydulhak
Hikayat Pandawa Jaya
Hikayat Pandja Tanderan
Hikayat Putri Djohar Manikam
Hikayat Sri Rama
Hikayat Tjendera Hasan
Tsahibul Hikayat
[sunting]Syair
Syair Bidasari
Syair Ken Tambuhan
Syair Raja Mambang Jauhari
Syair Raja Siak
[sunting]Kitab agama
Syarab al-'Asyiqin (Minuman Para Pecinta) oleh Hamzah Fansuri
Asrar al-'Arifin (Rahasia-rahasia para Gnostik) oleh Hamzah
Fansuri
Nur ad-Daqa'iq (Cahaya pada kehalusan-kehalusan) oleh Syamsuddin
Pasai
Bustan as-Salatin (Taman raja-raja) oleh Nuruddin ar-Raniri
·
Angkatan Sastra Melayu
Lama
Sastra Melayu Lama
Karya sastra di Indonesia yang dihasilkan antara tahun 1870 -
1942, yang berkembang dilingkungan masyarakat Sumatera seperti "Langkat,
Tapanuli, Minangkabau dan daerah Sumatera lainnya", orang Tionghoa dan
masyarakat Indo-Eropa. Karya sastra pertama yang terbit sekitar tahun 1870
masih dalam bentuk syair, hikayat dan terjemahan novel barat.
[sunting]Karya Sastra Melayu Lama
Robinson Crusoe (terjemahan)
Lawan-lawan Merah
Mengelilingi Bumi dalam 80 hari (terjemahan)
Graaf de Monte Cristo (terjemahan)
Kapten Flamberger (terjemahan)
Rocambole (terjemahan)
Nyai Dasima oleh G. Francis (Indo)
Bunga Rampai oleh A.F van Dewall
Kisah Perjalanan Nakhoda Bontekoe
Kisah Pelayaran ke Pulau Kalimantan
Kisah Pelayaran ke Makassar dan lain-lainnya
Cerita Siti Aisyah oleh H.F.R Kommer (Indo)
Cerita Nyi Paina
Cerita Nyai Sarikem
Cerita Nyonya Kong Hong Nio
Nona Leonie
Warna Sari Melayu oleh Kat S.J
Cerita Si Conat oleh F.D.J. Pangemanan
Cerita Rossina
Nyai Isah oleh F. Wiggers
Drama Raden Bei Surioretno
Syair Java Bank Dirampok
Lo Fen Kui oleh Gouw Peng Liang
Cerita Oey See oleh Thio Tjin Boen
Tambahsia
Busono oleh R.M.Tirto Adhi Soerjo
Nyai Permana
Hikayat Siti Mariah oleh Hadji Moekti (indo)
dan masih ada sekitar 3000 judul karya sastra Melayu-Lama lainnya
·
Angkatan Balai Pustaka
Angkatan Balai Pustaka
Abdul Muis sastrawan Indonesia Angkatan Balai Pustaka
Angkatan Balai Pusataka merupakan karya sastra di Indonesia yang
terbit sejak tahun 1920, yang dikeluarkan oleh penerbit Balai Pustaka. Prosa
(roman, novel, cerita pendek dan drama) dan puisi mulai menggantikan kedudukan
syair, pantun, gurindam dan hikayat dalam khazanah sastra di Indonesia pada
masa ini.
Balai Pustaka didirikan pada masa itu untuk mencegah pengaruh
buruk dari bacaan cabul dan liar yang dihasilkan oleh sastra Melayu Rendah yang
banyak menyoroti kehidupan pernyaian (cabul) dan dianggap memiliki misi politis
(liar). Balai Pustaka menerbitkan karya dalam tiga bahasa yaitu bahasa Melayu-Tinggi,
bahasa Jawa dan bahasa Sunda; dan dalam jumlah terbatas dalam bahasa Bali,
bahasa Batak, dan bahasa Madura.
Nur Sutan Iskandar dapat disebut sebagai "Raja Angkatan Balai
Pustaka" oleh sebab banyak karya tulisnya pada masa tersebut. Apabila dilihat
daerah asal kelahiran para pengarang, dapatlah dikatakan bahwa novel-novel
Indonesia yang terbit pada angkatan ini adalah "novel Sumatera",
dengan Minangkabau sebagai titik pusatnya.[2]
Pada masa ini, novel Siti Nurbaya dan Salah Asuhan menjadi karya yang
cukup penting. Keduanya menampilkan kritik tajam terhadap adat-istiadat dan
tradisi kolot yang membelenggu. Dalam perkembangannya, tema-teman inilah yang
banyak diikuti oleh penulis-penulis lainnya pada masa itu.
Penulis dan Karya Sastra Angkatan Balai Pustaka:
Merari Siregar
Azab dan Sengsara (1920)
Binasa kerna Gadis Priangan (1931)
Cinta dan Hawa Nafsu
Marah Roesli
Siti Nurbaya (1922)
La Hami (1924)
Anak dan Kemenakan (1956)
Muhammad Yamin
Tanah Air (1922)
Indonesia, Tumpah Darahku (1928)
Kalau Dewi Tara Sudah Berkata
Ken Arok dan Ken Dedes (1934)
Nur Sutan Iskandar
Apa Dayaku karena Aku Seorang Perempuan (1923)
Cinta yang Membawa Maut (1926)
Salah Pilih (1928)
Karena Mentua (1932)
Tuba Dibalas dengan Susu (1933)
Hulubalang Raja (1934)
Katak Hendak Menjadi Lembu (1935)
Tulis Sutan Sati
Tak Disangka (1923)
Sengsara Membawa Nikmat (1928)
Tak Membalas Guna (1932)
Memutuskan Pertalian (1932)
Djamaluddin Adinegoro
Darah Muda (1927)
Asmara Jaya (1928)
Abas Sutan Pamuntjak Nan Sati
Pertemuan (1927)
Abdul Muis
Salah Asuhan (1928)
Pertemuan Djodoh (1933)
Aman Datuk Madjoindo
Menebus Dosa (1932)
Si Cebol Rindukan Bulan (1934)
Sampaikan Salamku Kepadanya (1935)
·
Angkatan Pujangga Baru
Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang
dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut,
terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran
kebangsaan. Sastra Pujangga Baru adalah sastra intelektual, nasionalistik dan
elitis.
Pada masa itu, terbit pula majalah Pujangga Baru yang dipimpin
oleh Sutan Takdir Alisjahbana, beserta Amir Hamzah dan Armijn Pane. Karya
sastra di Indonesia setelah zaman Balai Pustaka (tahun 1930 - 1942), dipelopori
oleh Sutan Takdir Alisyahbana. Karyanya Layar Terkembang, menjadi salah satu
novel yang sering diulas oleh para kritikus sastra Indonesia. Selain Layar
Terkembang, pada periode ini novel Tenggelamnya Kapal van der Wijck dan Kalau
Tak Untung menjadi karya penting sebelum perang.
Masa ini ada dua kelompok sastrawan Pujangga baru yaitu :
Kelompok "Seni untuk Seni" yang dimotori oleh Sanusi
Pane dan Tengku Amir Hamzah
Kelompok "Seni untuk Pembangunan Masyarakat" yang
dimotori oleh Sutan Takdir Alisjahbana, Armijn Pane dan Rustam Effendi.
[sunting]Penulis dan Karya Sastra Pujangga Baru
Sutan Takdir Alisjahbana
Dian Tak Kunjung Padam (1932)
Tebaran Mega - kumpulan sajak (1935)
Layar Terkembang (1936)
Anak Perawan di Sarang Penyamun (1940)
Hamka
Di Bawah Lindungan Ka'bah (1938)
Tenggelamnya Kapal Van der Wijck (1939)
Tuan Direktur (1950)
Didalam Lembah Kehidoepan (1940)
Armijn Pane
Belenggu (1940)
Jiwa Berjiwa
Gamelan Djiwa - kumpulan sajak (1960)
Djinak-djinak Merpati - sandiwara (1950)
Kisah Antara Manusia - kumpulan cerpen (1953)
Sanusi Pane
Pancaran Cinta (1926)
Puspa Mega (1927)
Madah Kelana (1931)
Sandhyakala Ning Majapahit (1933)
Kertajaya (1932)
Tengku Amir Hamzah
Nyanyi Sunyi (1937)
Begawat Gita (1933)
Setanggi Timur (1939)
Roestam Effendi
Bebasari: toneel dalam 3 pertundjukan
Pertjikan Permenungan
Sariamin Ismail
Kalau Tak Untung (1933)
Pengaruh Keadaan (1937)
Anak Agung Pandji Tisna
Ni Rawit Ceti Penjual Orang (1935)
Sukreni Gadis Bali (1936)
I Swasta Setahun di Bedahulu (1938)
J.E.Tatengkeng
Rindoe Dendam (1934)
Fatimah Hasan Delais
Kehilangan Mestika (1935)
Said Daeng Muntu
Pembalasan
Karena Kerendahan Boedi (1941)
Karim Halim
Palawija (1944)
·
Angkatan 1945
Pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya telah mewarnai
karya sastrawan Angkatan '45. Karya sastra angkatan ini lebih realistik
dibanding karya Angkatan Pujangga baru yang romantik-idealistik. Karya-karya
sastra pada angkatan ini banyak bercerita tentang perjuangan merebut
kemerdekaan seperti halnya puisi-puisi Chairil Anwar. Sastrawan angkatan '45
memiliki konsep seni yang diberi judul "Surat Kepercayaan
Gelanggang". Konsep ini menyatakan bahwa para sastrawan angkatan '45 ingin
bebas berkarya sesuai alam kemerdekaan dan hati nurani. Selain Tiga Manguak
Takdir, pada periode ini cerpen Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma dan Atheis
dianggap sebagai karya pembaharuan prosa Indonesia.
[sunting]Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1945
Chairil Anwar
Kerikil Tajam (1949)
Deru Campur Debu (1949)
Asrul Sani, bersama Rivai Apin dan Chairil Anwar
Tiga Menguak Takdir (1950)
Idrus
Dari Ave Maria ke Djalan Lain ke Roma (1948)
Aki (1949)
Perempuan dan Kebangsaan
Achdiat K. Mihardja
Atheis (1949)
Trisno Sumardjo
Katahati dan Perbuatan (1952)
Utuy Tatang Sontani
Suling (drama) (1948)
Tambera (1949)
Awal dan Mira - drama satu babak (1962)
Suman Hs.
Kasih Ta' Terlarai (1961)
Mentjari Pentjuri Anak Perawan (1957)
Pertjobaan Setia (1940)
·
Angkatan 1950 - 1960-an
Angkatan 50-an ditandai dengan terbitnya
majalah sastra Kisah asuhan H.B. Jassin. Ciri angkatan ini
adalah karya sastra yang didominasi dengan cerita pendek dan kumpulan puisi.
Majalah tersebut bertahan sampai tahun 1956 dan diteruskan dengan majalah
sastra lainnya, Sastra.
Pada angkatan ini muncul gerakan komunis
dikalangan sastrawan, yang bergabung dalam Lembaga Kebudajaan Rakjat (Lekra) yang berkonsep
sastrarealisme-sosialis. Timbullah
perpecahan dan polemik yang berkepanjangan di antara kalangan sastrawan di
Indonesia pada awal tahun 1960; menyebabkan mandegnya perkembangan
sastra karena masuk kedalam politik praktis dan berakhir pada tahun 1965 dengan pecahnya G30S di Indonesia.
[sunting]Penulis
dan Karya Sastra Angkatan 1950 - 1960-an
·
Angkatan 1966 - 1970-an
Angkatan ini ditandai dengan terbitnya Horison (majalah
sastra) pimpinan Mochtar Lubis.[3] Semangat avant-garde sangat menonjol pada angkatan ini.
Banyak karya sastra pada angkatan ini yang sangat beragam dalam aliran sastra
dengan munculnya karya sastra beraliran surealistik, arus kesadaran, arketip,
dan absurd. Penerbit Pustaka Jaya sangat banyak
membantu dalam menerbitkan karya-karya sastra pada masa ini. Sastrawan pada
angkatan 1950-an yang juga termasuk dalam kelompok ini adalah Motinggo Busye, Purnawan Tjondronegoro, Djamil Suherman, Bur Rasuanto, Goenawan Mohamad, Sapardi
Djoko Damono danSatyagraha Hoerip
Soeprobo dan termasuk paus
sastra Indonesia, H.B. Jassin.
Beberapa satrawan pada angkatan ini antara
lain: Umar Kayam, Ikranegara, Leon Agusta, Arifin C. Noer, Darmanto Jatman, Arief Budiman, Goenawan Mohamad,Budi Darma, Hamsad Rangkuti, Putu Wijaya, Wisran Hadi, Wing Kardjo, Taufik Ismail, dan banyak lagi
yang lainnya.
[sunting]Penulis
dan Karya Sastra Angkatan 1966
·
Angkatan 1980 - 1990-an
Karya sastra di Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980,
ditandai dengan banyaknya roman percintaan, dengan sastrawan wanita yang
menonjol pada masa tersebut yaitu Marga T. Karya sastra Indonesia pada masa
angkatan ini tersebar luas diberbagai majalah dan penerbitan umum.
Beberapa sastrawan yang dapat mewakili angkatan dekade 1980-an ini
antara lain adalah: Remy Sylado, Yudistira Ardinugraha, Noorca Mahendra, Seno
Gumira Ajidarma, Pipiet Senja, Kurniawan Junaidi, Ahmad Fahrawie, Micky
Hidayat, Arifin Noor Hasby, Tarman Effendi Tarsyad, Noor Aini Cahya Khairani,
dan Tajuddin Noor Ganie.
Nh. Dini (Nurhayati Dini) adalah sastrawan wanita Indonesia lain
yang menonjol pada dekade 1980-an dengan beberapa karyanya antara lain: Pada
Sebuah Kapal, Namaku Hiroko, La Barka, Pertemuan Dua Hati, dan Hati Yang Damai.
Salah satu ciri khas yang menonjol pada novel-novel yang ditulisnya adalah
kuatnya pengaruh dari budaya barat, di mana tokoh utama biasanya mempunyai
konflik dengan pemikiran timur.
Mira W dan Marga T adalah dua sastrawan wanita Indonesia yang
menonjol dengan fiksi romantis yang menjadi ciri-ciri novel mereka. Pada
umumnya, tokoh utama dalam novel mereka adalah wanita. Bertolak belakang dengan
novel-novel Balai Pustaka yang masih dipengaruhi oleh sastra Eropa abad ke-19 dimana
tokoh utama selalu dimatikan untuk menonjolkan rasa romantisme dan idealisme,
karya-karya pada era 1980-an biasanya selalu mengalahkan peran antagonisnya.
Namun yang tak boleh dilupakan, pada era 1980-an ini juga tumbuh
sastra yang beraliran pop, yaitu lahirnya sejumlah novel populer yang
dipelopori oleh Hilman Hariwijaya dengan serial Lupusnya. Justru dari kemasan
yang ngepop inilah diyakini tumbuh generasi gemar baca yang kemudian tertarik
membaca karya-karya yang lebih berat.
Ada nama-nama terkenal muncul dari komunitas Wanita Penulis
Indonesia yang dikomandani Titie Said, antara lain: La Rose, Lastri Fardhani,
Diah Hadaning, Yvonne de Fretes, dan Oka Rusmini.
[sunting]Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1980 - 1990an
Ahmadun Yosi Herfanda
Ladang Hijau (1980)
Sajak Penari (1990)
Sebelum Tertawa Dilarang (1997)
Fragmen-fragmen Kekalahan (1997)
Sembahyang Rumputan (1997)
Y.B Mangunwijaya
Burung-burung Manyar (1981)
Darman Moenir
Bako (1983)
Dendang (1988)
Budi Darma
Olenka (1983)
Rafilus (1988)
Sindhunata
Anak Bajang Menggiring Angin (1984)
Arswendo Atmowiloto
Canting (1986)
Hilman Hariwijaya
Lupus - 28 novel (1986-2007)
Lupus Kecil - 13 novel (1989-2003)
Olga Sepatu Roda (1992)
Lupus ABG - 11 novel (1995-2005)
Dorothea Rosa Herliany
Nyanyian Gaduh (1987)
Matahari yang Mengalir (1990)
Kepompong Sunyi (1993)
Nikah Ilalang (1995)
Mimpi Gugur Daun Zaitun (1999)
Gustaf Rizal
Segi Empat Patah Sisi (1990)
Segi Tiga Lepas Kaki (1991)
Ben (1992)
Kemilau Cahaya dan Perempuan Buta (1999)
Remy Sylado
Ca Bau Kan (1999)
Kerudung Merah Kirmizi (2002)
Afrizal Malna
Tonggak Puisi Indonesia Modern 4 (1987)
Yang Berdiam Dalam Mikropon (1990)
Cerpen-cerpen Nusantara Mutakhir (1991)
Dinamika Budaya dan Politik (1991)
Arsitektur Hujan (1995)
Pistol Perdamaian (1996)
Kalung dari Teman (1998)
·
Angkatan Reformasi
Seiring terjadinya pergeseran kekuasaan politik dari tangan
Soeharto ke BJ Habibie lalu KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) dan Megawati
Sukarnoputri, muncul wacana tentang "Sastrawan Angkatan Reformasi".
Munculnya angkatan ini ditandai dengan maraknya karya-karya sastra, puisi,
cerpen, maupun novel, yang bertema sosial-politik, khususnya seputar reformasi.
Di rubrik sastra harian Republika misalnya, selama berbulan-bulan dibuka rubrik
sajak-sajak peduli bangsa atau sajak-sajak reformasi. Berbagai pentas pembacaan
sajak dan penerbitan buku antologi puisi juga didominasi sajak-sajak bertema
sosial-politik.
Sastrawan Angkatan Reformasi merefleksikan keadaan sosial dan
politik yang terjadi pada akhir tahun 1990-an, seiring dengan jatuhnya Orde
Baru. Proses reformasi politik yang dimulai pada tahun 1998 banyak
melatarbelakangi kelahiran karya-karya sastra -- puisi, cerpen, dan novel --
pada saat itu. Bahkan, penyair-penyair yang semula jauh dari tema-tema sosial
politik, seperti Sutardji Calzoum Bachri, Ahmadun Yosi Herfanda, Acep Zamzam
Noer, dan Hartono Benny Hidayat dengan media online: duniasastra(dot)com -nya,
juga ikut meramaikan suasana dengan sajak-sajak sosial-politik mereka.
[sunting]Penulis dan Karya Sastra Angkatan Reformasi
Widji Thukul
Puisi Pelo
Darman
·
Angkatan 2000-an
Setelah wacana tentang lahirnya sastrawan Angkatan Reformasi
muncul, namun tidak berhasil dikukuhkan karena tidak memiliki juru bicara,
Korrie Layun Rampan pada tahun 2002 melempar wacana tentang lahirnya
"Sastrawan Angkatan 2000". Sebuah buku tebal tentang Angkatan 2000
yang disusunnya diterbitkan oleh Gramedia, Jakarta pada tahun 2002. Seratus
lebih penyair, cerpenis, novelis, eseis, dan kritikus sastra dimasukkan Korrie
ke dalam Angkatan 2000, termasuk mereka yang sudah mulai menulis sejak 1980-an,
seperti Afrizal Malna, Ahmadun Yosi Herfanda dan Seno Gumira Ajidarma, serta
yang muncul pada akhir 1990-an, seperti Ayu Utami dan Dorothea Rosa Herliany.
[sunting]Penulis dan Karya Sastra Angkatan 2000
Ahmad Fuadi
Negeri 5 Menara (2009)
Ranah 3 Warna (2011)
Andrea Hirata
Laskar Pelangi (2005)
Sang Pemimpi (2006)
Edensor (2007)
Maryamah Karpov (2008)
Padang Bulan dan Cinta Dalam Gelas (2010)
Ayu Utami
Saman (1998)
Larung (2001)
Dewi Lestari
Supernova 1: Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh (2001)
Supernova 2: Akar (2002)
Supernova 3: Petir (2004)
Supernova 4: Partikel (2012)
Habiburrahman El Shirazy
Ayat-Ayat Cinta (2004)
Diatas Sajadah Cinta (2004)
Ketika Cinta Berbuah Surga (2005)
Pudarnya Pesona Cleopatra (2005)
Ketika Cinta Bertasbih 1 (2007)
Ketika Cinta Bertasbih 2 (2007)
Dalam Mihrab Cinta (2007)
Herlinatiens
Garis Tepi Seorang Lesbian (2003)
Dejavu, Sayap yang Pecah (2004)
Jilbab Britney Spears (2004)
Sajak Cinta Yang Pertama (2005)
Malam Untuk Soe Hok Gie (2005)
Rebonding (2005)
Broken Heart, Psikopop Teen Guide (2005)
Koella, Bersamamu dan Terluka (2006)
Sebuah Cinta yang Menangis (2006)
Raudal Tanjung Banua
Pulau Cinta di Peta Buta (2003)
Ziarah bagi yang Hidup (2004)
Parang Tak Berulu (2005)
Gugusan Mata Ibu (2005)
Seno Gumira Ajidarma
Atas Nama Malam
Sepotong Senja untuk Pacarku
Biola Tak Berdawai
Langganan:
Postingan (Atom)